Selasa, 20 Maret 2012

Kunjungan Perusahaan

Hari ini merupakan hari yang menyenangkan dan melelahkan untuk saya dan para kolega saya di jurusan teknik elektro. Mahasiswa dan para dosen jurusan teknik elektro Universitas Pelita Harapan melakukan kunjungan ke dua tempat yang berbeda, yaitu Puspitek LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan dan Penelitian Indonesia) dan PT. CCSI (Communication Cable Systems Indonesia).

Pertama, kita mengunjungi LIPI yang berada di daerah Banten, Indonesia. Di LIPI ini kita disambut dengan sangat hangat, walaupun perjalanan menuju tempat ini cukup melelahkan karena lalu lintas yang cukup macet. Setibanya disana, para peserta kunjungan diminta untuk mengisi absen dan mengisi surat pernyataan untuk tidak membocorkan informasi yang nantinya didapat di sini kepada pihak yang tidak berkepentingan. Karena hal tersebut, tulisan mengenai kunjungan ke LIPI ini tidak akan saya lanjutkan lagi, mari kita menuju ke kunjungan kedua, PT. CCSI. Saya bohong, saya akan cerita apa yang kita lakukan disini. Tulisan ini diminta agar dibuat lebih formal, maka dari itu saya menulisnya sedikit lebih formal dibanding tulisan saya di blog saya engineernyengir.blogspot.com (Saya tetap promosi).

Setelah mengisi surat pernyataan tersebut, kita langsung menuju ke tempat yang kelihatannya biasa digunakan untuk rapat dan diskusi, karena ruangan tersebut terlihat seperti ruang rapat anggota DPR. Walaupun terasa seperti di gedung rapat DPR, tetapi toilet di tempat ini kelihatannya tidak menghabiskan sampai 2 miliar rupiah dan masih layak untuk dipipisi (saya tidak tahu bahasa formalnya apa). Setelah kata pembuka dari bapak Wisnu dan ibu Dini dari LIPI dan bapak Ihan Martoyo dari Teknik Elektro UPH, kita beranjak menuju laboratorium yang namanya saya lupa, tetapi laboratorium ini ditujukan untuk mengecek kelayakan suatu benda sebelum terjun ke pasaran.

Lab pertama, kita dipertemukan dengan alat-alat dan chamber yang sebelumnya belum pernah saya lihat secara nyata. Mungkin ada yang sudah pernah menonton film Rob b Hood yang dibintangi oleh paman saya, Jackie Chan (saya bohong lagi). Di film ini ada chamber yang dapat diubah suhunya, baik suhu yang rendah maupun suhu tinggi, dan juga kelembabannya. Alat ini digunakan untuk mensimulasikan keadaan di dunia nyata dan bagaimana ketahanan benda apabila diberikan sebuah kondisi khusus. Alat lain yang saya ingat, adalah kamera thermal seharga 250 juta rupiah. Alat ini sesuai namanya, digunakan untuk melihat suhu melalui prinsip bahwa semua benda memancarkan radiasi infra merah. Pada lab pertama, masih banyak lagi alat yang diperagakan, namun tidak cukup menarik hati saya, sehingga yang saya tulis hanya alat-alat yang saya suka saja. :D

Lab kedua yang kita kunjungi, difokuskan untuk mengecek radiasi elektromagnetik,kita diajak untuk melihat chamber yang super mahal, chamber ini berharga 25 miliar rupiah. Ruangan atau chamber ini, digunakan untuk mengecek radiasi elektromagnetik dari benda yang memancarkan sinyal elektromagnetik tersebut. Di ruangan tersebut terdapat antena Yagi yang menurut saya merupakan antenna yagi terbesar yang pernah saya lihat dan absorber yang berbentuk seperti kulit durian, absorber ini digunakan agar sinyal elektromagnetik yang dipancarkan oleh benda tersebut tidak memantul-mantul ke berbagai arah, sehingga kalibrasi pengukuran dapat lebih baik.

Lab ketiga merupakan lab pengecekan kelayakan alat medis tidak begitu menarik perhatian saya, tetapi disana terdapat sebuah alat yang sedang dikembangkan untuk mendeteksi kanker payudara secara dini buatan pak Asep. Alat ini sederhana, berbentuk seperti mangkok yang terbuat dari bahan dielektrik, yang diatasnya ditempelkan beberapa lempeng tembaga yang antar tembaga berjarak cukup dekat. Untuk pengecekan, dilihat prinsip kapasitansi dari dua plat tembaga yang diaktifkan, jika ada 16 plat pada alat tersebut, maka plat 1 dan 2 diaktifkan, kemudian 1 dan 3, 1 dan 4, dan seterusnya. Jika ada 16 plat, jumlah data yang diperoleh akan ada (16 x 15)/2. Angka yang didapat nanti diubah ke dalam bentuk matriks, lalu akan diproses menggunakan MATLAB untuk memperoleh citranya sehingga mungkin jaringan kanker akan terlihat berbeda dibanding jaringan yang normal.

Setelah puas berkeliling di lab pengujian tersebut, para peserta pun kembali masuk ke bus untuk melanjutkan perjalanan ke PT. CCSi yang berada di Cilegon. Jauhnya perjalanan menuju Cilegon tidak begitu berasa karena diselingi dengan canda tawa para peserta kunjungan. Saya bohong lagi, walaupun diselingi dengan canda tawa, perjalanan masih terasa cukup jauh. Berangkat dari LIPI pukul 12, kita tiba di Cilegon pukul setengah 3 sore.

Di PT. CCSI ini kita juga disambut dengan hangat oleh bapak E.X. Tumewu, selaku komisaris dari PT. CCSI, namun sekarang beliau juga menjabat sebagai direktur tehknik. Sekilas bapak ini tampak seperti kakek-kakek enerjik yang mungkin sering dansa di saat ia masih muda. Pertemuan singkat dengan bapak ini, membuat saya kagum dengan kepribadian dirinya yang santai, humoris, namun wibawanya tetap terlihat.

PT. CCSi telah berdiri selama 17 tahun dengan bekerja sama dengan Corning glass yang berpusat di Amerika Serikat. PT. CCSI ini merupakan perusahaan pemasangan kabel serat optik, serat optik yang mereka gunakan merupakan serat optik dari Corning,yang mereka lakukan adalah membuat serat optik yang setipis rambut ini menjadi kabel yang siap digunakan untuk berkomunikasi. Banyak perusahaan telekomunikasi di Indonesia maupun luar negri memesan kabel serat optik dari PT. CCSI ini. Pesanan yang paling mengesankan bagi mereka adalah pesanan dari New Zealand untuk membuat kabel serat optik bawah laut sepanjang 201 km tanpa putus. Namun, ironisnya, perusahaan yang sudah mengekspor produknya ke luar negri ini, masih tidak dapat memasukkan barangnya ke PT. TELKOM INDONESIA, INDONESIA saya buat huruf kapital untuk memberikan efek dramatis. PT. TELKOM INDONESIA masih memesan kabel dari luar negri, bukan dari Cilegon yang terletak di Indonesia, padahal jika mereka mengambil dari sini, PT. TELKOM tidak perlu membayar lebih untuk biaya impor.

Disini, kita melihat proses pembuatan kabel, dari pewarnaan, stranding sampai jacketing. Benang yang biasanya menjadi jacket dari kabel ini merupakan benang aramith yang biasanya digunakan untuk membuat flak jacket, atau rompi anti peluru. Benang ini sangat kuat, butuh suhu 2600 celcius untuk membakarnya. Ada juga kita melihat alat yang berharga ratusan juta yaitu OTDR yang saya lupa singkatannya, tetapi alat ini digunakan untuk menentukan jarak dimana fiber mengalami gangguan (sudut pembengkokan terlalu ekstrim, atau kabel putus). Ada juga splicer yang digunakan untuk menyambung kabel fiber optik yang corenya sebesar puluhan micrometer, sehingga alat yang digunakan untuk menyambung kabel ini sangat canggih. Splicer dilengkapi dengan kamera untuk mengamati apakah fiber tersebut telah terarah dengan benar. Untuk 24 jam, rata-rata fiber yang dapat disambung sekitar 12 buah. Terbayang bukan betapa sulitnya menyambung fiber dengan splicer?

Setelah perjalanan yang menyenangkan dan membuka wawasan tersebut berakhir, PT CCSI memberikan kami cinderamata berupa kabel serat optik yang telah selesai diproses. Setelah mengambil beberapa foto, kami pun meluncur kembali ke Lippo Karawaci, pukul 5 sore. Dalam perjalanan, saya melahap kembali satu nasi kotak yang disediakan panitia untuk para peserta kunjungan, dan tanpa terasa kita tiba di Lippo Karawaci pada pukul 7 sore.