Sneki, 17 tahun, mencari jati diri. Aku tidak mengerti kenapa ibuku memberi namaku seperti itu. Jelas itu diambil dari bahasa inggris, entah dari ular atau makanan ringan. Sungguh aku tidak mengerti jalan pikiran ibuku. Terkadang dia berdansa dengan kaki-kaki kecilnya, terkadang dia berjalan dengan bokongnya. Pernah sekali aku tidak sengaja melihatnya buang air besar sambil berlari-lari kecil, meninggalkan jejak kotorannya di lantai toilet. Saat itu umurku baru 3 tahun, jadi aku pun ikut mencobanya, ia memarahiku, itu tidak normal, katanya. Apa itu normal? Pikirku. Tapi aku hanya diam, aku terlahir introvert sepertinya.
Ayahku, seorang pebisnis yang sukses, kamu pasti pernah melihatnya di majalah-majalah bisnis seperti reader's digest, times, atau bloomberg. Sesungguhnya, aku hanya mengenalnya melalui majalah-majalah bisnis tersebut. Dia bercerai dari ibuku saat aku masih berbentuk janin, dia tahu jika ibuku sedang hamil saat itu. Tapi dia tidak peduli, aku bukan darah dagingnya, katanya. Kebetulan, aku bisa mengingat semua hal yang terjadi dari saat aku masih berbentuk janin, tapi tidak ada yang tahu akan hal itu, dan aku pun tidak mau ada yang tahu. Aku berusaha untuk menjadi normal, pikirku.
Kakakku,Elephen, usianya 26 tahun, jika kamu lihat namanya, itu juga pemberian ibuku. Tidak perlu aku bahas dari bahasa apa nama itu berasal, pasti kamu sudah mengerti. Aku tidak dekat dengannya. Dia menjadi penerus bisnis ayahku, telah menjabat sebagai COO di dua perusahaan ayahku. Aku tidak mengerti bagaimana cara dia melakukannya. Aku pun tidak perduli, dia terlalu jauh untuk aku dekati. Saat ayah dan ibuku bertengkar, aku ingat mendengar suara tangisan dia, hanya itu yang bisa aku ingat tentang kakakku.
Aku telah mengenalkan keluargaku pada kalian, sekarang dengarkanlah ceritaku. Saat aku berumur 1 hari, dunia masih begitu gelap, tidak ada suara, tidak ada cahaya, maklum indra-indraku belum terbentuk saat itu. Ibuku baru sadar kalau aku ada di janinnya waktu aku berumur 2 minggu. Aku tau, karena aku mulai merasakan kasih sayang, hangat rasanya. Aku juga merasakan kalau ibuku memberikan lebih banyak nutrisi pada makanannya. Terima kasih ibu.
Aku mulai merasakan organ-organku tumbuh pada usiaku 30 hari dalam kandungan, kaki, tangan, dan ekorku mulai tumbuh. Oh iya, ibuku sangat berhati-hati merawatku, mungkin dia mengerti kalau saat itu aku sedang sekuat tenaga menempel di dinding janinnya. Tamatlah riwayatku jika ibuku berjalan menggunakan tangan seperti sekarang, tak kuat aku melekat disana pastinya.
Hari-hariku sungguh nyaman, menenggak makanan-makanan enak dari ibuku, dan pada suatu hari aku bisa mendengar suara-suara dari ibuku dan ayahku, mungkin sekitar 6 bulan umurku saat itu. Senang sekali mendengar suara tawa mereka. Entah kenapa, aku tidak mendengar suara kakakku waktu itu. Aku ingat aku diperdengarkan musik-musik dari Sunny Egg, Tucaramelizsta, Bopaksimarimari, band tersebut adalah band jazz yang terkenal di saat itu. Tapi aku paling bahagia saat ibuku memberiku musik dari Tucaramelizsta, tenang rasanya.
Usiaku 7 bulan. Ayahku menceraikan ibuku. Aku tidak mengerti, tapi ada perasaan aneh di dalam diriku, perasaan yang tidak aku sukai.
Saat usiaku 9 bulan 10 hari, rasanya janin ibuku sempit sekali, aku tidak nyaman, aku ingin keluar pikirku! Jadi aku pun terus tidur berputar-putar, aku tidak tahu jika itu menyakiti ibuku. Selanjutnya yang aku ingat, ada tangan yang menarik kakiku, aku terlahir sungsang.
Ulang tahunku yang pertama, aku rayakan berdua bersama ibuku, dia membelikanku sebuah kue yang dibentuk seperti mi instan di atas piring. Aku hampir tertipu jika ibuku tidak memotong kue itu. Ternyata itu adalah black forest. Banyak sekali kejutan yang diberikan ibuku waktu itu. Dia menghadiahiku dengan satu set pensil warna, dia ingin aku menjadi pilot. Pilot yang bisa menggambar katanya.
Aku selalu merayakan ulang tahunku berdua dengan ibuku, dia selalu memberiku hadiah-hadiah yang menurutku berbeda dari anak-anak sebayaku. Saat anak berumur 4 tahun diberikan sepeda roda tiga, ibuku memberikanku sebuah kaca pembesar, aku tidak mengerti, dia ingin aku menjadi pilot yang bisa menggambar dan juga sekaligus seorang detektif.
Hadiah yang paling berkesan untukku adalah, sebuah jam tangan keplek, jam tangan yang seharusnya digunakan anak-anak balita, dia berikan saat aku berusia 17 tahun. Ibu merasa bersalah karena waktu aku masih kecil, aku diberikan hadiah orang-orang dewasa, ia ingin menebusnya dengan memberikan jam tangan ini untukku. Yang aku ingat, ibuku ingin aku menjadi seorang pilot yang punya kemampuan menggambar, detektif, memasak, bela diri, musik, parkour, dan juga bisa meracik obat-obatan.
Aku punya cita-citaku sendiri, aku ingin menjadi seorang perawat. Menggunakan baju perawat itu bermartabat sekali pikirku. Hari ini, aku akan mendaftar kuliah, aku telah memutuskan untuk menjadi seorang perawat. Tetapi aku takut, ibuku tidak menyetujuinya. Di saat ibuku sedang menatap dinding, itulah saatnya aku akan bertanya mengenai pendidikanku. Ibu, aku ingin menjadi perawat. Ibuku terdiam. Ibu, jikalau kamu tetap diam, artinya kamu mengiyakan aku. Ibuku pun tetap diam. Untunglah aku tahu kapan saat dia diam menatap dinding. Aku merekam percakapanku ini dengan video, sehingga ini dapat menjadi bukti bahwa ibuku telah setuju.
Aku pun pergi mendaftar kuliah, namun ada seseorang berteriak dari kejauhan, "SNEKI! JANGAN BERANI-BERANINYA KAU MELANGKAH KE DEPAN PINTU ITU!". Aku gentar, terdiam sejenak, aku mengumpulkan keberanianku, aku tetap melangkah. Lalu kemudian yang aku ingat hanyalah warna putih. Dinding putih dengan cahaya lampu yang sangat terang. Aku ternyata sempat tidak sadarkan diri, banyak orang di sekelilingku, aku bisa melihat ibu terbaring di ranjang sebelahku. Apa ini, pikirku. Aku melihat seseorang dengan jarum suntik, jangan suntik ibu dengan itu! Ibu akan tertidur lama sekali! Jangan berikan aku obat! Aku tidak mau obat! Tapi aku tidak bisa bersuara. Hari ini aku dipasung akibat melangkah keluar. Aku sedih bercampur kesal. Dasar kalian orang-orang bodoh! Aku mau jadi perawat! Sneki mau jadi perawat!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar